BUNGAH | NUGres – Pertemuan kesepuluh Lailatul Kopdar MWCNU Bungah pada Ramadan 1446 Hijriah telah berlangsung pada Selasa 11 Maret 2025, dengan pembahasan tentang keikhlasan niat dalam perjalanan kehidupan.
Program kolaborasi antar Lembaga dan Badan otonom di lingkungan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bungah itu menghadirkan Qori’ Wakil Sekertaris Tanfidziyah MWCNU Bungah, Gus Muhammad As’ad. Sekitar 50an warga nahdliyin hadir khidmat menyimak dan memaknai kitab yang sudah disiapkan panitia.
Dimoderatori oleh Ayatullah Kaunang, Gus As’ad menjelaskan 4 ‘maqolah’ dari Sang Pendiri NU yang tertuang dalam kitab ‘Al-misku Al-faih’. Pertama, tentang tema ‘Ikhlas Dalam Niat’. Maqolah itu disampaikan Oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari Ketika beliau berada di Kantor NU yang ada di Surabaya pada tanggal 22 Syawwal 1248 H/ 24 Maret 1930 M, empat tahun setelah berdirinya Nahdlatul Ulama’.
Beliau menjelaskan bahwa kita dituntut untuk selalu meneliti kembali niat dalam menjalani kehidupan baik dalam kesendirian maupun di depan khalayak umum, meneliti kembali niat awal dalam menjalankan ibadah dan niat kita dalam menjauhi maksiat, meneliti kembali tujuan aktivitas, ucapan dan tujuan kita.
“Dalam hal ini, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menuturkan bahwa termasuk kewaspadaan adalah meneliti kembali niat dan amal kita. Apakah sudah mendekatkan diri kepada Allah, mencari ridha-Nya serta mencari kenikmatan akhirat berupa surga yang abadi?, ataukah hanya untuk urusan duniawi saja bahkan sampai melupakan urusan akhirat ,” terang Gus As’ad
Gus As’ad juga mengingatkan kita agar menyucikan amal kita dengan niat yang tulus. “Contoh, dalam berkhidmah dalam NU kita harus meneliti kembali niat kita, mewaspdai tujuan kita apakah sudah seperti yang dijelaskan Mbah Hasyim atau belum?,” imbuh Gus As’ad.
Maqolah kedua adalah tentang golongan orang-orang mulia dan golongan orang-orang cerdas. Dalam mauidhoh tersebut Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari menyinggung mengenai Hadits yang menjelaskan dua golongan tersebut.
Dijelaskan bahwa orang yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. Sedangkan orang yang paling cerdas adalah orang yang paling mengingat kematian dan bersiap-siap dengan bekal hari esok.
“Perlu kita renungkan, apa yang kita peroleh semasa hidup baik kedudukan tinggi, harta benda melimpah, dan keluarga yang baik tidak menjadikan masuk dalam golongan orang yang mulia jika kita tidak bertakwa. Dan semua yang kita pelajari, gelar yang kita peroleh tidak mendapat predikat orang cerdas kalau kita tidak mengingat bahwa kita akan binasa, meninggal dan tidak segera mempersiapkan bekal,” imbuh Gus As’ad.
Maqolah ketiga adalah tentang memperbanyak mengingat kematian. Dalam maqolah ini Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengingatkan kita untuk sesering mungkin mengingat kematian dan melihat tanda-tanda yang sudah jelas termaktub dalam Al-qur’an mengenai kehidupan setelah kematian. Serta menyibukkan diri dengan amal yang baik, bukan hanya mengumpulkan urusan duniawi saja.
“Seperti halnya dawuh Rasulllah Saw., kita semua diperintahkan untuk senantiasa mengiangat hal-hal yang bisa merusak nikmat dunia yaitu kematian,” tuturnya. “Dan jangan sampai kita rusak karena hanya memikirkan urusan dunia, anak, dan harta benda yang menjauhkan kita untuk ingat pada Allah Swt.,” sambung Gus As’ad.
Maqolah keempat adalah tentang golongan orang yang paling bebal dan bodoh, pesan ini disampaikan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Syawwal 1248 H/ 24 Maret 1930 M di Kantor NU di Surabaya, beliau menuturkan bahwa orang yang bodoh adalah orang yang menganggap penting perkara dunia padahal semua itu akan sirna, orang yang melupakan urusannya setelah kematian, apakah amalnya akan menjadikan dia ahli surga atau ahli neraka.
Setelah selesai kajian, Lailatul Kopdar dilanjutkan dengan tadarus secara bergantian para kader NU membaca dan menyimak Alquran. Disiarkan secara Live Streaming di kanal YouTube MWCNU Bungah, Lailatul Kopdar juga menjadi ruang bagi para kader untuk belajar dan menambah wawasan tentang keislaman, khususnya Ahlussunnah wal Jamaah An-nahdliyah
Selain sebagai upaya menghidupkan malam-malam mulia bulan suci Ramadan, Lailatul Kopdar adalah sebuah kegiatan kajian ilmu yang bertujuan untuk mempererat hubungan warga Nahdliyyin yang berada dalam naungan MWCNU Bungah.
Hadir dalam Majelis tersebut diantaranya: PR IPNU IPPNU Sukorejo, PR IPNU IPPNU Kisik, PK IPNU IPPNU Mamba’ul Ulum Mojopuro Gede, PR IPNU IPPNU Sidomukti, PAC IPNU IPPNU Bungah, PR GP Ansor Mojopuro Gede, PR Fatayat NU Sidomukti, PAC GP Ansor Bungah, PR Fatayat NU Mojopurogede, dan PAC Fatayat NU Bungah.
Penulis: Atiq Mujahid
Editor: Maghfur Munif