Oleh: Erha Habibi Ash-shidiqie*
KAJIAN | NUGres – Kehadiran seorang anak dalam keluarga adalah amanah yang luar biasa, sebuah titipan yang diberikan oleh Allah kepada orang tua.
Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mendidik mereka dengan penuh kasih sayang, mengajarkan nilai-nilai agama dan budaya agar mereka tumbuh menjadi anak yang berkarakter. Anak yang taat dalam beribadah, berbakti kepada kedua orang tua, memiliki perilaku terpuji, serta mampu hidup harmonis dengan masyarakat sekitar. Singkatnya, anak yang sholeh atau sholihah.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, dijelaskan:
قال صلى الله عليه وسلم، إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعوله
“Nabi Saw. bersabda: ‘Tatkala anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.'”.
Dari hadits ini, kita bisa mencerap bahwa anak yang kita miliki adalah aset yang sangat berharga, baik untuk kehidupan di dunia maupun akhirat.
Anak adalah titipan amanah Allah Swt yang harus kita jaga dan bimbing dengan penuh tanggung jawab. Bagaimana kita mengemban amanah ini sangat menentukan masa depan mereka.
Seperti yang disebutkan dalam hadits di atas, segala amal kita di dunia akan terputus saat kita meninggal, kecuali tiga hal yang tetap mengalir pahalanya: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang terus mendoakan orang tuanya.
Oleh karena itu, biaya pendidikan dan segala usaha yang kita lakukan untuk anak-anak kita bisa menjadi sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan tentu saja, doa-doa mereka yang tulus untuk kita.
Anak yang tumbuh dengan baik, berkat bimbingan orang tua, akan menjadi kebanggaan orang tua di dunia dan juga penyelamat di akhirat kelak. Anak yang berbakti dan berdoa untuk orang tuanya adalah bentuk kebaikan yang tak ternilai.
Namun, untuk mewujudkan harapan memiliki anak yang sholeh, peran orang tua sangatlah dominan. Orang tua, terutama seorang ibu, adalah guru pertama yang mengajarkan anak tentang dunia ini. Ibu adalah madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Dari sinilah semua proses pembentukan karakter dimulai.
Pendidikan seorang anak dimulai sejak ia berada dalam kandungan. Orang tua seringkali membacakan doa-doa, ayat-ayat Al-Quran, dan melakukan tirakat sebagai bentuk ikhtiar agar anak yang dikandung kelak menjadi anak yang sholih atau sholihah.
Saat anak masih dalam kandungan, ibu menjaga kesehatannya, perilakunya, bahkan suasana hatinya, karena semua ini berperan penting dalam membentuk karakter anak sejak dini.
Mendidik anak adalah profesi mulia, terutama bagi seorang ibu. Tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya. Seorang ibu harus menjadi contoh yang baik, memberikan pengarahan yang tepat, dan mengajarkan pengetahuan dasar yang benar. Semua ini akan berdampak besar dalam proses tumbuh kembang anak dan pembentukan karakter mereka.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk memuliakan anak-anak dengan memberikan pendidikan adab yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah:
قال صلى الله عليه وسلم، أكرموا أولادكم وأحسنوا آدابهم
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah adab mereka.'” (Lubabul Hadits)
Pendidikan adab sangat penting agar anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang mulia, dihormati, dan disegani oleh orang lain. Bekali mereka dengan pendidikan agama, ilmu pengetahuan, dan adab yang baik. Awasi setiap langkah mereka dan pastikan mereka tidak terjerumus dalam perilaku yang merusak.
Peran orang tua sangat besar dalam membentuk karakter anak. Baik buruknya perilaku anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan orang tua. Karena anak-anak ini adalah amanah yang Allah percayakan, maka kita harus memberikan pendidikan yang baik dan seimbang antara agama, ilmu pengetahuan, dan adab.
Barangsiapa yang memuliakan anak-anaknya, maka Allah pun akan memuliakannya di surga kelak, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
قال صلى الله عليه وسلم، أكرموا أولادكم فإن من أكرم أولاده أكرمه الله في الجنة
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Muliakanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya barangsiapa memuliakan anak-anaknya, maka Allah akan memuliakannya di surga kelak.'” (Lubabul Hadits)
Mendidik anak adalah tugas utama orang tua, dan itu adalah profesi yang sangat mulia. Di samping kewajiban untuk menafkahi mereka, perilaku baik atau buruk anak banyak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memperlakukannya, memberikan teladan, serta mengarahkan tujuan hidup mereka.
Sudahkah kita memberikan pondasi agama yang kuat kepada anak?
Pernahkah kita memberikan motivasi dan nasihat yang benar serta terarah kepada mereka?
Pertanyaan-pertanyaan ini perlu direnungkan agar kita dapat menjaga kedekatan komunikasi dengan anak-anak kita, dan tidak salah dalam membimbing mereka.
Penting untuk mengarahkan mereka memilih lingkungan pergaulan yang baik, karena salah memilih teman atau figur panutan dapat berdampak buruk pada perkembangan mental, pikiran, dan perilaku mereka.
Tujuan mendidik anak sejak dini adalah untuk mempersiapkan mental mereka dan membentuk karakter yang baik. Dengan pendidikan yang tepat, anak-anak kita akan memiliki kepribadian yang mulia, bermoral, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Mereka akan mampu membangun dan memperkuat citra diri mereka di tengah masyarakat yang semakin beragam. Pendidikan ini tidak hanya mencakup ilmu pengetahuan, tetapi juga adab yang akan membawa mereka menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak mulia.
Pendidikan moral atau akhlak sangat penting. Seperti yang diingatkan dalam hadits berikut:
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق
“Dari Abi Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: ‘Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.'” (HR. Ahmad)
Tugas orang tua tidak hanya memberikan nafkah dan pendidikan, tetapi juga memberikan nama yang baik sebagai doa, kasih sayang, dan teladan yang akan membimbing anak-anak menuju kesuksesan dunia dan akhirat.
Dengan memberikan pendidikan yang seimbang, baik agama, ilmu pengetahuan, dan adab, kita membekali anak-anak kita untuk menjalani kehidupan mereka dengan penuh kesuksesan dan keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.
*Erha Habibi Ash-shidiqie, warga nahdliyin, tinggal di Kabupaten Gresik