Oleh: Mariyatul Khibtiyah*
KAJIAN | NUGres – Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah) merupakan paham keagamaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderat dan toleran dalam Islam. Aswaja menjadi jembatan penghubung antara tradisi dan modernitas, di mana ajaran-ajarannya bersumber dari Al-Quran, Hadits, dan mengikuti jejak para ulama salaf (pendahulu) yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang sebenarnya.
Dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern, Aswaja mampu menjaga tradisi dan khazanah keilmuan Islam yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu. Namun, di sisi lain, Aswaja juga terbuka terhadap perkembangan modernitas dan kemajuan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Salah satu prinsip utama Aswaja adalah tawassuth (moderat) dan tawazun (seimbang). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran, “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan (moderat) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah: 143).
Ayat ini menunjukkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk menjadi umat yang moderat, tidak ekstrem ke kanan maupun ke kiri, sehingga dapat menjadi teladan bagi umat manusia lainnya.
Dalam hadits, Rasulullah Saw juga bersabda:
“مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي”
“Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka dia bukan termasuk dari golonganku.” (HR. Bukhari).
Hadits ini mengisyaratkan pentingnya berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Saw, yaitu mengikuti jejak dan ajaran beliau yang merupakan pedoman hidup bagi umat Islam.
Dalam konteks Aswaja sebagai jembatan penghubung antara tradisi dan modernitas, ajaran-ajarannya memberikan panduan bagi umat Islam untuk tetap menjaga tradisi dan khazanah keilmuan Islam yang telah diwariskan oleh para ulama salaf.
Namun, di sisi lain, Aswaja juga mengajarkan untuk terbuka terhadap perkembangan modernitas dan kemajuan ilmu pengetahuan, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Aswaja mengajarkan untuk mengambil jalan tengah, tidak ekstrem dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Hal ini memungkinkan umat Islam untuk tetap menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur Islam, namun juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi modern.
Modernitas merujuk pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perubahan sosial yang terjadi di era kontemporer Aswaja tidak menolak modernitas, melainkan mengambil sikap terbuka dan selektif terhadap kemajuan zaman. Prinsip utama Aswaja adalah tawassuth (moderat) dan tawazun (seimbang), sehingga Aswaja tidak bersikap ekstrem dalam menanggapi modernitas.
Dalam menghadapi modernitas, Aswaja mengajarkan untuk mengambil nilai-nilai positif dan konstruktif yang sesuai dengan ajaran Islam, serta menolak hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
Misalnya, Aswaja mengapresiasi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern selama tidak bertentangan dengan akidah dan akhlak Islam. Namun, Aswaja juga menolak paham-paham liberal atau sekuler yang mengabaikan nilai-nilai agama.
Aswaja menjadi jembatan penghubung antara tradisi dan modernitas dengan memberikan panduan bagi umat Islam untuk tetap menjaga tradisi dan khazanah keilmuan Islam yang telah diwariskan oleh para ulama salaf, namun juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi modern. Dengan berpegang pada prinsip tawassuth (moderat) dan tawazun (seimbang), Aswaja mengajarkan umat Islam untuk mengambil jalan tengah, tidak ekstrem dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
Dalam konteks kekinian, Aswaja menjadi solusi bagi umat Islam untuk menghadapi tantangan modernitas tanpa harus meninggalkan tradisi dan nilai-nilai luhur Islam. Misalnya, dalam bidang pendidikan, Aswaja mendorong umat Islam untuk menguasai ilmu pengetahuan modern, namun tetap berpegang pada nilai-nilai akhlak dan moral yang diajarkan dalam Islam.
Dalam bidang teknologi, Aswaja mengapresiasi kemajuan teknologi digital, namun juga mengajarkan untuk memanfaatkannya secara positif dan bijak sesuai dengan tuntunan agama.
Selain itu, Aswaja juga mengajarkan sikap toleransi dan kerukunan antar umat beragama serta menghargai keragaman budaya dan tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini penting untuk menjaga persatuan dan kedamaian di tengah kemajemukan masyarakat modern.
Dalam menghadapi tantangan radikalisme dan ekstremisme yang seringkali memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk menyebarkan paham-paham radikal, Aswaja menjadi benteng pertahanan bagi umat Islam. Aswaja mengajarkan untuk menolak segala bentuk kekerasan, radikalisme, dan ekstremisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam).
Dengan berpegang teguh pada ajaran Aswaja, umat Islam dapat menjadi umat yang moderat, toleran, dan terbuka terhadap perkembangan zaman, tanpa harus meninggalkan tradisi dan ajaran Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para ulama salaf. Aswaja menjadi jembatan penghubung yang mempersatukan antara tradisi dan modernitas, sehingga umat Islam dapat menjalani kehidupan yang selaras dengan tuntutan agama dan perkembangan zaman.
*Mariyatul Khibtiyah, Mahasiswa Universitas Qomaruddin