BUNGAH | NUGres – Salah satu kitab klasik pondok pesantren yang kerap menjadi sumber pembelajaran bagi para santri, yakni Fathul Muin karangan Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, dianggap tidak relate atau tidak relevan untuk saat ini, mendapat sanggahan secara tegas dari KH Said Aqil Siradj.
“Ada yang ngomong Fathul Muin sudah tidak nyambung, nggak relevan dengan situasi dan kondisi sekarang. Kalau saya baca Fathul Muin masih relevan. Menawi Pak Yani, Pak Bupati mengamalkan konsep Fathul Muin, Gresik insyallah sejahtera aman tentram,” tutur Buya Said kala memberi ceramah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Kirim doa dan Haul Keluarga H Saiful Arif, Bungah Gresik,
Lebih lanjut, Buya Said dalam ceramah pada Selasa malam (22/11/2022) itu menguraikan satu contoh fasal atau bab yang menjelaskan di dalam Kitab Fathul Muin. Ia menengahkan arti jihad dalam kitab tersebut. Jihad itu hukumnya fardu kifayah.
Sedangkan ada empat macam jihad. Jika terdapat empat hal bila diimplementasikan secara tegak akan memberikan output kemanfaatan yang sangat besar.
Mengajak masyarakat beriman kepada Allah
Mengajak beriman kepada Allah, menjadi poin pertama konsep dalam kitab Fathul Mu’in. Namun, Buya Said menggarisbawahi bila ajakan untuk meningkatkan iman ini perlu argumentasi dan dalil.
“Kiai NU harus mengajarkan kepada masyarakat beriman kepada Allah dengan iman yang berdalil, berhujjah, baik itu dalil aqliyah maupun naqliyah,” lanjut Buya Said.
Buya Said juga memberikan contoh kecerdasan Imam Hasan al-Asy’ari sang pendiri madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Imam Asy’ari kata Buya Said, telah mampu menggagas 20 Sifat Wajib Allah sebagai argumentasi kontekstual.
Menjaga Syariat Allah dan Memutuskan Kebijakan Solusi Keumatan
Kemudian pada poin kedua Pemangku Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jagakarsa Jakarta Selatan ini mengemukakan bila menegakkan syariat Allah Iqomatu syariatillah.
“Jihad yang kedua menjaga syariat Allah, salat, puasa, zakat, haji, umroh. Yang ketiga bila perlu wal qitalu fi sabilillah, seperti Mbah Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945, itu namanya jihad.” terang Buya Said.
Jihad Memberi Perlindungan Kepada Manusia
Poin keempat dan menjadi akhir, Buya Said menjelaskan dalam kitab Fathul Mu’in yakni memberi perlindungan kepada umat manusia. Perlindungan tanpa diskriminasi, baik muslim maupun non-muslim.
Hanya saja, kata Buya Said, perlindungah akan tepat dengan syarat bila yang diberikan perlindungan telah terindentifikasi secara jelas bila merupakan orang baik-baik, alias bukan Penjahat.
“Dengan apa perlindungannya? dengan ketahanan pangan. Harus cukup makanannya. Harus cukup pakaian dan tempat tinggalnya,” pungkas Buya said dalam ceramahnya.
Nampak hadir membersamai Buya Said antara lain KH Ali Mashoeri, KH Zainuri Faqih, KH Iklil Soleh, KH Afif Ma’sum, dan sederet Kiai Sepuh NU dari Bungah, Sidayu dan Manyar. Kemudian nampak pula Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dalam majelis tersebut. (Chidir)