GRESIK | NUGres – Periode wisuda Agustus 2022 agaknya menjadi momen melegakan bagi Ahmad Nailul Author. Bagaimana tidak, ia dinyatakan lulus dengan dua gelar sekaligus. Kelulusan itu sekaligus membuat Nailul menyandang tiga gelar di belakang namanya, sarjana ilmu politik dan magister ilmu hukum.
Perjalanan Nailul berkuliah dimulai sejak tahun 2014. Saat itu ia dinyatakan lolos Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Dari halaman berita online Unair, dua tahun Nailul menjalani masa kuliah, ia memiliki pikiran untuk mendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Benar saja, pada 2016 Nailul dinyatakan lolos sebagai mahasiswa program studi Ilmu Politik Universitas Airlangga.
“Saya berpikir, ijazah saya kan, berlaku tiga tahun untuk mendaftar SBMPTN. Kenapa tidak saya gunakan saja kesempatan itu?,” terang pria dari Desa Suci, Manyar, Gresik ini.
Menjalani Dua Perkuliahan
Semangat belajar Nailul tidak terhenti di situ. Pada 2019, setelah lulus kuliah hukum di Unesa, Nailul mengambil program Magister Ilmu Hukum UNAIR.
Menjalani dua perkuliahan sekaligus tentu bukan hal mudah bagi pria yang tercatat sebagai Dosen di INKAFA, Suci ini. Apalagi Nailul harus melakukan perjalanan pergi-pulang dari Gresik setiap harinya. Selain permasalahan jarak, jadwal kuliah yang bertabrakan juga menjadi tantangan tersendiri.
“Banyak jadwal perkuliahan yang crash, ditambah terkadang dosen mengubah jadwal perkuliahan mendadak,” ujar Nailul.
Hal tersebut tentu berdampak pada kehadiran dan nilai yang ia peroleh di kelas. Akan tetapi, Nailul tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah besar. “Saya tidak ambil pusing karena memang itu konsekuensi logis yang harus saya terima,” tuturnya.
Meskipun pernah mendapatkan IPK 1,66 karena jadwal perkuliahan yang bertabrakan, semangat belajar mengantarkan Nailul untuk tetap lulus dengan IPK yang cukup memuaskan. Ia diwisuda pada Sabtu (13/8/2022) dengan IPK 3,21 untuk studi Ilmu Politiknya, dan 3,50 untuk program Magister Ilmu Hukum yang ia ambil.
“Tentu kebahagiaan yang tiada duanya dapat menuntaskan keduanya secara bersamaan,” kata Nailul bangga.
Tak Ternilai Bagi Orang Tua
Tentu bukan hanya Nailul yang merasakan kebahagiaan tersebut. Menurut Nailul, terdapat kebahagiaan yang tak ternilai bagi orang tua ketika melihat anaknya diwisuda.
“Bagi orang tua saya, sekolah merupakan hal yg terpenting untuk mengangkat derajat kita. Sehingga semangat belajar selalu ada,” ucap putra tunggal dari pasangan Sholeh dan Ning Rodhiyah binti H. Basri bin KH. Kholil.
Orang tua, lanjut Nailul, adalah motivasi terbesar dalam menyelesaikan tiga perkuliahannya. Ketika ia merasa malas dan jenuh dalam belajar, Nailul mengingat jasa kedua orang tua yang membiayai perkuliahannya. Orang tua menjadi support system terbaik yang ia miliki.
“Orang tua tidak pernah jenuh membiayai saya. Lantas mengapa saya jenuh berkuliah?,” ujarnya.
Kejenuhan berkuliah rasanya menjadi hal yang belum akan dirasakan Nailul dalam waktu dekat. Pasalnya, ia memiliki rencana untuk berkuliah lagi, mengambil program Magister Ilmu Politik di UNAIR.
“Jangan malas untuk tetap belajar dan bahagiakan orang-orang yang kalian cintai selagi ada waktu.” pungkasnya. (*)
Sumber : www.unair.ac.id