Oleh : dr Heri Munajib*
PUASA Ramadhan merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim, tahun ini ummat Islam dunia akan memasuki bulan Istimewa ini dalam situasi yang tidak biasa. Dunia sedang menghadapi pandemi virus covid-19, ribuan nyawa hilang dan hingga kini belum sepenuhnya dapat dihentikan.
Banyak pendapat yang menyebut, puasa memberikan pengaruh baik bagi tubuh manusia. Salah satunya terkait dengan daya tahan tubuh atau sistem imun, mengingat saat ini kita sedang memasuki masa pandemic COVID 19.
Imunitas (kekebalan tubuh) merupakan sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor.
Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, virus) yang masuk ke dalam tubuh, menghilangkanj jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, serta mengenali dan menghilangkan sel yangabnormal.
Puasa memiliki segudang manfaat. Tak hanya secara rohani berupa ibadah yang memperoleh pahala, puasa rupanya juga baik untuk kesehatan tubuh.
Dibawah ini saya sajikan beberapa tulisan hasil riset akademik di beberapa jurnal ilmiah untuk mendukung bagaimana hubungan antara puasa Ramadhan dengan kekebalan tubuh atau system immun.
Dilansir dari Jurnal yang berjudul “A systematic review, meta‑analysis, and meta‑ regression of the impact of diurnal intermittent fasting during Ramadan on body weight in healthy subjects aged 16 years and above” oleh Haitham A. Jahrami dkk terbitan tahun 2020 bahwa RDIF menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan, tetapi kecil.
Heterogenitas dalam temuan mungkin mencerminkan variabel perilaku diet dan gaya hidup yang dipraktikkan selama bulan Ramadhan, bersama dengan variasi dalam durasi waktu puasa dan berbagai kondisi iklim dan geografis di sekitar orang yang berpuasa berbeda negara.
Dilansir dari jurnal yang berjudul “Effectsof Ramadan Fastingon Some Haematological and Biochemical Parameters” oleh Huda M. Al Hourani dkk terbitan tahun 2009 bahwa Puasa Ramadhan adalah metode non farmakologis yang sehat untuk meningkatkan profillipid.
Dilansir dari jurnal yang berjudul “Intermittent fasting from dawn to sunset for 30 consecutive day sisassociated with anticancerproteomic signature and upregulates key regulatory proteins of glucose and lipid metabolism, circadian clock, DNA repair, cytoskeleton remodeling, immune system and cognitive function in healthy subjects” oleh AyseL. Mindikoglu dkk terbitan tahun 2020 bahwa Puasa intermiten 30 hari dari fajar hingga matahari terbenam dapat menjadi pendekatan preventif dan terapeutik pada kanker serta dalam beberapa metabolisme, peradangan dan penyakit kekebalan tubuh, penyakit Alzheimer dan gangguan neuropsikiatri dengan mengakibatkan aproteome protektif terhadap karsinogenesis, obesitas,diabetes, sindrom metabolik, peradangan, disfungsi kognitif, dan kesehatan mental..
Dilansir dari jurnal yang berjudul “An unorthodox approach to handle SARS-CoV-2: Breaking the virus spikes” oleh Alaa Shaheen terbitan tahun 2020 bahwa Reaksi basa Schiff muncul untuk memisahkan lonjakanSARS-CoV-2. Badan keton, terutama asetoasetat, dapat memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 (alternatif untukvaksinasi).
Puasa dan konsumsi diet ketogenik dapat menjadi prasyarat tubuh untuk mengurangi keparahan badai sitokin jika infeksi berikutnya terjadi.
Dilansir dari jurnal yang berjudul “Religious Fasting; the Purgation of Soul and Body, JOURNAL OF NUTRITION FASTING AND HEALTH” oleh Ramona Massoud terbitan tahun 2020 bahwa jutaan umat beragama berpuasa pada waktu-waktu tertentu di seluruh dunia. Manfaat kesehatan dari puasa agama telah dilaporkan oleh Muslim, Kristen, dan Buddha. Pembatasan makanan dan energi adalah komponen dasar dari puasa keagamaan, yang mengarah pada efek kesehatan dan pencegahan penyakit.
Menurut Islamic teachings, kesejahteraan dan kesehatan manusia dimasukkan ke dalam setiap dimensi kehidupan manusia. Puasa adalah aspek utama dari pemikiran Islam yang mempengaruhikesehatan manusia baik secara fisik maupun spiritual. Beberapa manfaat kesehatan fisik utama dari puasa Islam termasuk pengurangan berat badan dan kadar lemak serta glukosa, efek antioksidan, dan peningkatan umur panjang.
Selain itu, puasa Islam mempromosikan kebajikan manusia, seperti kesabaran, harapan, kejujuran, dan ketamakan. Karena keutamaan manusia ini penting untuk kehidupan yang sehat, puasa memainkan peran penting dalam peningkatan berbagai aspek kehidupan.
Dilansir dari jurnal yang berjudul “Ramadan Fasting Exerts Immunomodulatory Effects: Insights from a Systematic Review,” oleh Muhammad Adawi terbitan tahun 2017 bahwa puasa Ramadhan telah terbukti hanya sedikit mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan perubahan yang disebabkan bersifat sementara, kembali ke status basal pra-Ramadhan tak lama setelah itu.
puasa Ramadhan selama trimester kedua kehamilan terbukti aman dan tidak menghasilkan hasil janin yang negatif, atau perubahan status oksidatifibu.
Pada pasien jantung, puasa Ramadhan dapat memiliki efek menguntungkan termasuk peningkatan profillipid dan penguranganstres oksidatif.
Pada pasien asma dan juga pada pasien dengan human immunodeficiency virus / diperoleh immunodeficiency syndrome dan gangguan autoimun, puasa aman.
Pada pasien psikiatris, seperti mereka yang menderita skizofrenia, puasa dapat meningkatkan penandaimunologis.
Dengan beberapa rujukan jurnal diatas setidaknya meyakinkan kita dan sedikit memberikan ketenangan untuk menyambut bulan Ramadhan tahun ini dan kita semua wabil khusus umat Islam bisa kuat dan selamat dalam menjalani ibadah Ramadhan tahun ini.
*Penulis adalah Pengurus Pusat Perkumpulan Dokter NU, bidang Humas dan Pusat Data & Informasi.