Oleh Faiz Abdalla*
TADI SIANG, saya sholat Jumat di salah satu Masjid di Kecamatan Panceng. Di tengah kekhawatiran merebaknya wabah covid-19, Masjid itu masih menyelenggarakan Sholat Jumat seperti biasa.
Tak ada masalah memang. Karena sesuai edaran PBNU, anjuran untuk sholat Dhuhur di rumah-rumah masing dan tidak memaksanakan selenggarakan sholat Jumat, berlaku untuk di daerah zona merah atau daerah pandemi.
Hanya, ada yang mengganggu pikiran saya saat sholat Jumat di Masjid itu tadi. Apa hal? Karena belum terlihat tindak tanggap apapun sebagai upaya mitigasi maupun antisipasi Covid-19.
Sajadah masjid yang panjang masih terpasang. Belum dicuci. Belum ada upaya penyemprotan disinfektan. Serta, tidak ada hand sanitizer di titik tertentu masjid. Atau upaya-upaya lain sebagai langkah tanggap mencegah penyebaran virus korona.
Padahal, selama tiga hari terakhir, di kantor DPRD, saya mendapati standar pencegahan covid-19. Pun di Kantor Pemkab Gresik serta kantor-kantor instansi yang lain. Bahkan tadi saya baca, di Masjid Agung Gresik, sudah dilakukan upaya-upaya itu.
Memang benar, belum ditemukan kasus positif Covid-19 di Gresik. Dan semoga saja kita selalu dijauhkan segala penyakit dan mara bahaya. Semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan.
Hanya saja, seiring pengumuman WFH untuk ASN, pun kampus-kampus yang menerapkan kuliah online. Atau kebijakan-kebijakan lain dalam upaya menciptakan social distancing atau menimimalisir interaksi massa.
Maka kini, giat tanggap Covid-19 ini harus mulai diintrodusir sampai ke struktur masyarakat yang paling bawah. Yakni Desa.
Sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 yang lebih sistematis, Pemerintah Desa harus mulai menggelar penyemprotan disinfektan di titik-titik strategis, salah satunya masjid.
Tidak berhenti sampai di situ. Tapi juga dilanjut dengan sosialisasi dan penerapan Standar Operasional Prosedur atau SOP Covid-19.
Pemdes dan stake holder di desa-desa bisa berkoordinasi dengan puskesmas dan Forkopimcam masing-masing.
Dengan begitu, semangat untuk menghadapi atau mencegah Covid-19 ini menjadi suatu gerakan bersama. Kesadaran bersama. Menjadi kampanye yang massif, sistematis, dan kolektif. Tentu itu dimulai dari struktur masyarakat yang paling bawah. Yakni Desa.
Bukankah mencegah jauh lebih baik daripada mengobati?
*Penulis Aktifis NU tinggal di Pancen, Gresik