BEBERAPA bulan bahkan minggu-minggu terakhir ini, sebagian besar masyarakat Gresik sudah tidak asing lagi dengan istilah kata Landmark, penulis sendiri membaca kata landmark dari pemberitaan diberbagai media tentang diresmikannya landmark Gresik, dan juga diberitakan tentang rencana pemerintah Kabupaten Gresik untuk membangun Landmark yang lain.
Dalam KBBI, pengertian Landmark berarti kb. 1 (guide) penunjuk. 2 sesuatu yang mudah dilihat atau dikenal. 3 hal yang menonjol. 4 kejadian/peristiwa penting.
Prof. Hermawan Kartajaya, Seorang begawan marketing mengartikan ‘landmark’ sebagai sebuah simbol visual yg mengindentifikasikan suatu kota berdasarkan bentuk visual tertentu yang kuat karena memiliki suatu yang khas dan tidak dimiliki daerah lain serta berada pada tempat strategis sebuah kota, dimana arah atau aktivitas saling bertemu.
Sebagai contoh Gedung Sate di Bandung, Monas di Jakarta, tugu Pahlawan di Surabaya, tugu Muda di Semarang dan yang lain. Dalam pembangunan dan penamaannya tidak lepas dari sejarah atau peristiwa penting yang terjadi di daerah-daerah tersebut, dan hasilnya pada saat sekarang bangunan-bangunan tersebut praktis sudah bisa jadi petunjuk nama, atau dalam bahasa awam hanya dengan menyebut bangunan (landmark) tersebut maka kita sudah mengerti itu kota mana.
Saat ini tentunya masyarakat Gresik sudah punya banyak landmark yang telah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Gresik, ada Landmark Keris Kanjeng Sepuh, ada Tugu Lontar dan ada juga Patung Gajah Mungkur dan rencana kedepan juga akan ada landmark Garling.
Dalam perjalanannya, bangunan-bangunan tersebut menuai kontroversi dari masyarakat bahwa landmark yang telah dan akan dibangun tersebut jauh dari simbol visual yang mengidentifikasikan kota Gresik, meski demikian Pemerintah Kabupaten tidak bergeming dan terkesan pembuatan landmark-landmark ini tidak bisa tidak harus diadakan.
Kris Kanjeng Sepuh
Kanjeng Sepuh adalah seorang adipati yang memerintah di wilayah Kadipaten Sidayu pada jaman dahulu. Beliau adalah adipati termasyhur di Kadipaten Sidayu, kemasyhurannya karena kebijakan serta kealimannya. Beliau tidak dikenang sebagai adipati yang digdaya yang punya beragam senjata-senjata pamungkas. Untuk itu sampai saat ini masyarakat Sidayu dan sekitarnya banyak menziarahi makamnya karena kealimannya.
Tugu Lontar
Tidak banyak yang kami ketahui tentang keberadaan lontar, baik itu untuk kerajinan, industri atau seni tulis/lukis lontar seperti di Bali atau negara Jepang (kirigami), yang ada di kota ini.
Gajah Mungkur
Patung Gajah Mungkur, Sepengetahuan kami patung Gajah Mungkur adalah hiasan dari salah satu rumah gedong tua yang ada di tengah kota Gresik, tidak satupun ada satu sejarah yang mengaitkan eksistensi patung tersebut dengan kota Gresik.
Gardu Suring (Garling).
Ini salah satu dari beberapa bangunan diatas yang mempunyai catatan sejarah, gardu ini sebelum jaman kemerdekaan berfungsi sebagai alarm, dan setelah kemerdekaan sempat difungsikan sebagai penanda waktu saat di bulan Ramadhan. Hal inipun kalau dijadikan Landmark pertigaan depan GNI (Gedung Nasional Indonesia) juga kurang tepat. Kenapa harus mesti dibangun tugu Garling, mestinya cukup dengan memfungsikan kembali gardu tersebut sebagaimana jaman dulu.
Dan apakah kita masyarakat Gresik masih harus terus melihat tumbuhnya landmark-landmark baru disetiap sudut kota ini?.
Wallahu a’lam.
Penulis : Abdullah Qonik | Pemerhati Tata Kota Gresik asal Sidayu
Top ,.. top top … post! Keep the good work on !