GRESIK | NUGres – Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU) KH Saifullah Yusuf (Gus Ipul), yang juga menjabat sebagai Menteri Sosial RI, menghadiri peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama di Kabupaten Gresik.
Dalam acara yang digelar oleh PCNU Gresik pada Sabtu (22/2/2025) di Masjid KH Robbach Ma’sum, Balongpanggang, Gresik, Gus Ipul mengajak ratusan kader dan pengurus NU untuk merenungkan perjuangan para ulama dan kiai NU di masa lalu.
Gus Ipul mengingatkan bahwa ketika jamiyyah Nahdlatul Ulama berdiri 102 tahun lalu, para ulama dan kiai tidak memiliki dukungan dari pejabat pemerintahan.
“Seratus tahun yang lalu NU berdiri, mari kita bayangkan kondisinya seperti apa. Waktu itu, para ulama dan kiai tidak memiliki bupati, gubernur, menteri, apalagi presiden,” ujarnya.
Kendati dalam kondisi penuh keterbatasan di era penjajahan, para ulama, para kiai-kiai NU tetap berkontribusi besar dalam menegakkan agama, bahkan berperan dalam skala peradaban internasional. Ulama dan kiai-kiai NU berjuang secara mandiri dan penuh inisiatif, salah satunya melalui kiprah Komite Hijaz yang berkontribusi dalam isu-isu keislaman global.
Sedangkan berkenaan dengan peran NU dalam pendidikan dan pelayanan Umat, Gus Ipul juga menyoroti perjuangan para ulama dalam membangun pendidikan di Indonesia. Awalnya, pesantren yang didirikan kiai-kiai NU berada di pelosok desa dan mayoritas santrinya berasal dari keluarga kurang mampu.
“Melayani umat adalah tambahan belakangan. Dulu, pondok pesantren berdiri di pedesaan, bukan di kota. Tebuireng, Denanyar, semuanya dulu ada di pinggiran. Santrinya kebanyakan anak-anak yang kurang mampu, diajak mengaji dan dididik agar pintar,” jelasnya.
Selain itu, NU juga menjadi pelopor pendidikan bagi perempuan. Salah satu tokoh yang berperan besar dalam hal ini adalah KH Bisri Syansuri, yang merintis pondok pesantren khusus perempuan.
Kini sekarang banyak perempuan hebat di NU, mulai dari pejabat hingga di berbagai sektor, itu berkat perjuangan para ulama dan kiai NU sejak dulu.
Sebagai perbandingan, Gus Ipul menyinggung kondisi di Afghanistan, di mana perempuan masih kesulitan mendapatkan pendidikan meskipun negara tersebut mayoritas beragama Islam.
“Di Afghanistan, perempuan masih belum mendapatkan kepastian kapan mereka bisa bersekolah. Padahal, negara itu mayoritas Ahlussunah wal Jamaah,” katanya.
Sementara di Indonesia, NU telah mempersiapkan pendidikan bagi perempuan jauh sebelum kemerdekaan.

Lebih lanjut, tentang NU dan kontribusi bagi masyarakat, menurut Gus Ipul, perjuangan ulama NU yang mengabdikan diri pada ilmu dan umat telah membawa NU menjadi organisasi yang berkembang pesat.
Saat ini, NU memiliki rumah sakit, perguruan tinggi, klinik, serta berbagai layanan sosial lainnya yang turut membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam suasana yang penuh kehangatan, gojlokan, dan kelakar khas orang NU, Gus Ipul berinteraksi akrab dengan para pengurus NU Gresik.
Di penghujung acara, Gus Ipul meminta doa dan dukungan dari para kiai juga pengurus NU. Agar ia istiqomah menjalankan amanah sebagai Menteri Sosial RI di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Ia juga mengajak para kiai dan pengurus NU untuk memahami berbagai data sosial yang disajikan oleh Kementerian Sosial RI melalui infografis di layar videotron.
Setelah menyampaikan pemaparan, Gus Ipul berpamitan dan kembali ke Jakarta. Para pengurus dan jamaah yang hadir tampak meminta waktu sejenak Mensos RI sekaligus Sekjen PBNU tersebut berfoto bersama.
Resepsi Puncak Harlah ke-102 NU yang diselenggarakan oleh PCNU Gresik diikuti tokoh penting, baik dari unsur pemerintahan Kabupaten Gresik dan ratusan Pengurus NU.
Selain agenda konsolidasi organisasi, berbagai kegiatan juga berlangsung antara lain PCNU Gresik Award Pengukuran Kinerja Jamiyyah NU, Penganugerahan Juara Umum Olimpiade LP Ma’arif NU Gresik serta Launching Buku Kronik Juang MWCNU di Kabupaten Gresik.
Editor: Chidir Amirullah