Oleh: Muhamad Arif*
KOLOM KALEM | NUGres – Rabiul Awal dalam kalender Islam merupakan bulan yang sangat istimewa. Betapa tidak? karena di bulan ini lah Nabi Muhammad SAW (nabi akhir zaman) dilahirkan di bumi. Sebuah momentum bersejarah yang tercatat hampir di semua manuskrip sejarah dunia, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 570 Masehi (tahun gajah), di Kota Makkah.
Indonesia, sebagai negara terbesar dengan mayoritas muslim dunia pasti lah tidak akan pernah tertinggal dalam merayakannya. Ya, meskipun ditemukan beberapa kelompok yang membid’ahkannya. Meminjam bahasa KH Baha’uddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha’ dalam menanggapi kelompok tersebut dengan logika, kurang lebih begini narasinya:
“Kalau orang biasa saja punya buah hati (anak), yang masih belum jelas masa depannya sudah sangat bahagia bahkan disyukuri tiap tahun lahirnya. Lantas, kenapa masih ragu untuk merayakan hari lahir Rasulullah Muhammad SAW yang sudah pasti adalah Nabi akhir zaman, pemimpin semua umat manusia.”
Jadi, sengaja penulis tidak mengutip al-Qur’an atau Hadis yang nampaknya itu bisa diakses di website resmi Nahdlatul Ulama’ (NU).
Makanya, tidak begitu mengagetkan jika di negara Indonesia mempunyai tradisi dan budaya menyelenggarakan acara secara besar-besaran untuk memperingati hari lahir Rasulullah Muhammad Saw. Contoh saja di Madura, salah satu daerah yang memperingati selama satu bulan penuh, sedangkan di malam puncak masyarakat akan berbagi banyak hal, mulai dari buah-buahan, wangi-wangian hingga uang jutaan rupiah. Seperti di tahun 2023, viral acara Maulid Nabi tiap orang mendapatkan uang 10 juta sebagaimana unggahan akun Tik-tok @rusli.efendi93.
Namun, pada narasi ini penulis sejenak ingin memberikan satu perspektif yang berbeda tentang momentum hari kelahiran Rasulullah Muhammad Saw.
Dimulai dari tulisan Michael H. Hart, salah seorang ilmuwan bidang fisika dan astronomi yang menulis buku berjudul “The 100: a ranking of the most influential persons in history,” (100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia).
Menarik, satu kata yang keluar ketika membaca buku tersebut. Background penulis non muslim dan Islam bukan merupakan agama terbesar di dunia. Namun, Michael H. Hart mencatatkan Nabi Muhammad SAW, sebagai seseorang yang sangat berpengaruh di dunia nomor wahid. Baru setelah beliau adalah Issac Newton, Jessus Crist dan Buddha serta orang berpengaruh lainnya.
Michael H. Hart: “Muhammad Individu yang Sukses dalam Agama dan sekuler”
Buku The 100: a ranking of the most influential persons in history ditulis secara objektif dan tidak ada tendensi dari ras bahkan agama yang dianutnya.
Michael H. Hart mengawali narasinya dengan mengungkapkan bahwa pilihan ini (Nabi Muhammad Saw, sebagai individu nomer satu yang berpengaruh di dunia) akan banyak mengejutkan para pembacanya. Namun, satu alasan terkuat sebuah sejarah yang tidak dapat dibantah adalah sosok Nabi Muhammad Saw dalam pandangan Hart adalah:
“he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular levels.”,
Bila diartikan, bahwa dia (Nabi Muhammad) adalah satu-satunya dalam sejarah yang sangat sukses pada level agama (penyebaran agama islam sampai eropa bahkan asia) dan sekuler.
Selain itu ketakjuban Hart adalah kota di mana tempat lahirnya Nabi Muhammad Saw, yaitu di Kota Makkah. Bagian Selatan Arab yang di masa itu merupakan daerah terbelakang di dunia, karena jauh dari pusat perdagangan, seni, dan ilmu pengetahuan. Posisi ini bertolak belakang dari 99 orang yang tertulis di buku The 100: a ranking of the most influential persons in history, yang hampir semuanya lahir dan dibesarkan di pusat peradaban. Negara maju dan berbudaya sehingga memiliki peran penting dalam politik.
Berawal dari keterbatasan dan berakhir pada pengakuan dari seorang ilmuwan non muslim dalam hal ini Michael H. Hart, sudah seharusnya menjadikan sumber bertambahnya keimanan bagi umat muslim, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dan pemimpin seluruh umat manusia. Sehingga momentum memperingati hari kelahirannya seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan atau bahkan dibid’ahkan.
Last opinion, setidaknya narasi kecil ini sebagai satu pengingat tentang pentingnya kita bersama-sama merayakan hari lahir Nabi Muhammad Saw di bulan Rabiul Awal tepatnya pada tanggal dua belas (12 Rabiul Awal).
Mengutip pesan Nyai Hj. Maimunah;
“Nek Muludan jajane seng apik-apik, ojok sak karepe, soal’e seng diselameti pimpinan’e wong sak ndunyo”.
Yakni kalau merayakan Maulid Nabi berikan makanan/jajanan terbaik, jangan semaunya sendiri. Karena yang kita rayakan adalah hari lahir pimpinan umat seluruh dunia.
Selamat merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad.
*Muhamad Arif, Dosen Institut Al Azhar Menganti Gresik