GRESIK | NUGres – Komunitas Beku Bhei Bhei membantu mendirikan puluhan Hunian Sementara (Huntara) untuk para penyintas gempa di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.
Yang menjadi menarik, sebagian besar bantuan Huntara ini memanfaatkan bangunan tradisional Dhurung Bawean. Dhurung sendiri merupakan bangunan semi permanen yang sudah menjadi warisan budaya tak benda di Pulau Bawean.
Khairil Anwar selaku Ketua Beku Bhei-bhei mengatakan, bantuan Huntara ini mendapatkan dukungan dari Ikatan Masyarakat Bawean Belitung (IMBB) dan Belitung Timur (Beltim).
Dijelaskannya, dari dukungan semangat “Satoghellen” (rasa persaudaraan) ini, sebanyak 30 Huntara berhasil didirikan oleh Komunitas Beku Bhei Bhei tersebar di sejumlah desa yang warganya terdampak gempa.
“Alhamdulillah mulai terwujud mimpi ini. Kalau dalam teori negara tentang budaya, ini adalah pengembangan pemanfaatan warisan budaya tak benda Dhurung Bawean dalam menyintas Gempa di Bawean 6,5 SR,” kata iling sapaan Khairil Anwar, kepada NUGres Ahad (14/4/2024) pagi.
Sementara bagi penyintas gempa Bawean yang tidak memiliki Dhurung, Beku Bhei-bhei bergotongroyong bersama warga membangun Dhurung dari pohon bambu.
“Kita tetap dalam napas budaya sebagai akar survival menyintas bencana gempa Bawean 6,5 SR,” ujarnya.
Sebab, lanjut dia, Dhurung merupakan warisan tak benda yang harus dikenalkan dan tradisi Bawean mesti menjadi kebanggaan yang berkemanfaatan bagi pemilik budayanya.
“(Dhurung Bawean) Tak hanya menjadi kenangan masa lalu yang didongengkan,” tukasnya.
Huntara ini jelas iling, secara prinsip tempat tidur harus berjarak dari tanah, agar dingin permukaan tanah tidak berdampak pada gangguan kesehatan.
“Bantuan tersebut sudah menyebar di Desa Pudakit Timur, Suwari, Gunungteguh, Lebak, Dedawang , Paginda Sukaoneng,” terang pria asli Bawean sekaligus tenaga ahli pemugaran cagar budaya di Gresik ini.
Lebih lanjut, iling juga menyampaikan karena material dari bantuan Ikatan Masyarakat Bawean Belitung Timur saat ini sudah habis, sedangkan pengungsi yang rumahnya rusak berat belum semua memiliki Huntara, Komunitas Beku Bhei Bhei berharap ada donasi pihak swasta yang berminat bekerjasama membantu.
“Kita siap eksekusi di lapangan,” tutup pria asli Bawean yang arkeolog dan tenaga ahli pemugaran cagar budaya di Gresik ini.
Beku Bhei Bhei merupakan komunitas pelestari budaya di Pulau Bawean. Bencana gempa yang menggunjang Pulau Bawean pada Jumat 22 Maret 2024 waktu lalu, membuat komunitas ini bergerak mengoptimalkan budaya Bawean sebagai solusi bagi penyintasnya.
Editor: Chidir Amirullah