Oleh: Chidir Amirullah*
KOLOM KALEM | NUGres – Hujan semakin deras malam lalu. Saya pilih menepi. Tas yang saya gendong di depan untuk menutup dada lumayan basah diterpa hujan.
Padahal meski jas hujan tertinggal, ingin saja menerobos demi bisa sahur di rumah. Istri memang telah menelpon berkali-kali. Beberapa malam di penghujung Ramadhan ini memang tidak sahur bersamanya.
Tapi jalan cerita jadi berbeda, kabel dan peralatan elektronik lain yang menggantung di cantolan sepeda motor ini menjadi penguat untuk segera menepi.
“Wah, iki nek kenek banyu udan, teles kabeh alat-alat iki risiko rusak engko tanggungjawabe awak dewe iki.”, demikian gejolak batin saya lebih kuat ketimbang takut sama istri.
Keputusan saya ini juga diyakinkan oleh anak muda yang saya bonceng, kader IPNU Banjarsari Leran Manyar. Kamal panggilannya. Ia juga pemilik sepeda motor matik keluaran tahun 2019 yang saya kemudikan.
Kami pun berdua menepi di kedai yang sudah tutup. Terasnya cukup luas. Terdapat amben bambu di sana. Perjalanan jelang sahur ini kami lalui sepulang dari menemui salah seorang narasumber di rumahnya.
Narasumber itu baru saja kami ajak rekaman untuk program Podcast Lompongan Ramadhan kolaborasi dengan PC GP Ansor Gresik dengan NUGres Channel.
Lompongan Ramadhan terinspirasi dengan tema Kongres XVI GP Ansor yakni, “GP Ansor: Peta Jalan Nahdlatul Ulama (NU) Masa Depan”.
Sedang karena PC (Pimpinan Cabang) GP Ansor merupakan struktur di tingkatan kabupaten. Maka Lompongan yang diartikan sebagai jalan kecil, jalan alternatif, atau mungkin alur tembusan ke jalan raya perlu pula ambil peran. Menyigi Gresik Kini dan Nanti.
Program talkshow ini pun dijadwalkan landing perdana di awal bulan puasa. Namun, karena sesatu hal baru berjalan efektif di akhir Ramadhan 1445 Hijriah.
Serial talkshow ini sendiri sebagai upaya menyapa sejumlah kader GP Ansor Kabupaten Gresik. Terkhusus, bagi yang telah berhasil lolos menduduki kursi anggota Dewan.
Dan, karena prosesnya hanya dengan berbekal niat untuk menyemarakkan Youtube NUGres Channel, maka agar jalannya tak berat, dasar pijaknya yaitu; “Jalan semampunya dulu. Nanti juga bakal lebih baik”.
Maka tentunya, kami mengakui banyak kekurangan di sana-sini. Mudah-mudahan berkenan dan jadi maklum. Utamanya bagi narasumber yang sedikit kami ganggu waktu longgarnya.
***
Kamal mengeluarkan komputer jinjing miliknya. Memang beberapa file video tersimpan di dalam alat canggih milik anak yang tengah menggeluti video streaming ini. Ia bilang mau ngedit beberapa video. Saya mengiyakan inisiatif bagus itu.
Sementara hujan begitu awet. Hampir lewat dari setengah jam lebih. Cemas. Gusar. Belum cari makan sahur. Walau sebenarnya, dalam sahur paling penting ialah kopi penutupan. Juga beberapa isapan beberapa kretek.
Tetesan air langit itu masih menyemir jalan beraspal hingga terlihat kinclong. Kletik dan dini hari yang hening lamat-lamat membawa ingatan saya mundur ke belakang.
Mundur ke sebuah segmen talkshow. Kala saya menyodorkan pertanyaan paling penting diluar eksistensi narasumber.
Jawaban yang saya petik dari narasumber itu menyebut sebuah nama. Nama yang terus menyeliwer di kepala saya. Nama yang kebat sekali meluncur dari para kader pemimpin gemblengan PC GP Ansor Gresik itu.
“Siapa kiai atau sosok idola sampean di Kabupaten Gresik, dawuh atau pesan apa yang sampean ingat?” Ini pertanyaan, dalam skrip podcast tersebut.
Kebanyakan dari narasumber menyebut nama KH Robbach Ma’sum. Dengan penjelasan dan ingatan yang beragam. Namun dengan satu benang merah.
Bahwa Kiai Robbach Ma’sum dalam amatan mereka ialah panutan dan guru dalam perkhidmatan di jamiyyah Nahdlatul Ulama, Gresik.
Mereka tidak memungkiri sosok Kiai Robbach Ma’sum ialah pemimpin sekaligus kebanggaan warga NU di Kabupaten Gresik.
Hingga ada yang berpendapat, bahwa Kiai Robbach seperti kompas yang selalu dibutuhkan untuk melihat arah. Saat sekian pilihan arah itu terlihat meragukan.
Narasumber, anggota Dewan ini anak-anak muda. Namun, mereka sedianya telah merekam dawuh Kiai Robbach Ma’sum.
Akhir kata, kagem almarhum almaghfurlah Romo KH Robbach Ma’sum, al Fatihah, al Fatihah, dan al Fatihah.
*Chidir Amirullah, santri mukim di NUGres Media Official PCNU Gresik