BUNGAH | NUGres – Suasana malam Ramadhan ke-26 kali ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Momentum puasa 1444 H, Lesbumi PCNU GRESIK dan Lesbumi MWCNU Bungah melakukan kajian manuskrip pesantren dengan tema “Ngaji Syair” di Fakultas Kopi UQ Bungah.
Kitab yang dikaji merupakan karangan KH. Nawawi atau yang biasa dikenal dengan Mbah Sholeh Tsani Sampurnan yang berjudul “Qoshidah Fi Shoum”, yang digelar pada Ahad (16/04/2023) malam.
“Pemilihan kitab Qoshidah Fi Shoum sebagai bahan kajian manuskrip adalah tepat karena sudah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yaitu berupa tulisan tangan asli yang sudah berusia 100 tahun atau lebih dan punya arti penting bagi peradaban, sejarah dan ilmu pengetahuan,” ungkap Agil Muhammad, Peneliti manuskrip yang juga mengisi acara pada malam itu.
Sementara KH. Suratin ‘Abbas selaku Wakil Syuriah MWCNU Bungah menuturkan, sebagai mana sudah menjadi sejarah publik, peran mbah Sholeh Stani merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Qomaruddin pada masa silam yang digelari Kiai oleh para santri. “Gelar Kiai dalam pemaknaan Jawa sebenarnya diambil dari kata “Ki dan Ngayahi”. Ki diartikan sebagai orang tua atau yang dituakan, sedangkan Ngayahi disingkat yahi berarti orang yang mampu (berilmu)”, imbuh KH. Suratin Abbas.
Dalam catatan Agil Muhammad selaku peneliti manuskrip, beliau mendapatkan beberapa fakta diantaranya bahwa meskipun dalam Qoshidah Fi Shoum terlampir nama muallif adalah Muhamaad Sholeh bin Muhammad Abi Ishaq atau Mbah Sholeh Tsani, akan tetapi manuskrip menunjukkan bahwa karya tersebut merupakan tulisan tangan Mbah Abdur Rahman, menantu Mbah Sholeh Tsani, yang selesai ditulis pada 28 Rajab 1331 H, dalam konversi masehi pada 03 Juli 1913 M.
Menariknya, ada beberapa catatan yang mirip dengan manuskrip Qoshidah Fi Shoum, pertama tulisan KH. Ustman Amin Manyar dengan judul Qosidatul Shiyam Fi Risalatil Shiham yang berbentuk nadhom dan keterangan yang selesai ditulis pada 28 Sya’ban 1414 H, 83 tahun setelah tulisan Mbah Abdur Rahman, dan kedua tulisan KH. Abu Naim Leran yang hanya berupa nadhom tanpa makna petok (gandul), berbeda dengan catatan aslinya yang berbentuk nadhom dengan makna petok.
Detail Manuskrip
Upaya penggalian makna kitab Qoshidah Fi Shoum karangan Mbah Sholeh Stani, dipimpin langsung oleh KH. Suratin Abbas, seringanya dipanggil Kiai nyentrik, berlangsung berbeda dengan kajian teks-teks Pesantren pada umumnya. Beliau mencoba membaca Manuskrip dengan selingan tembang Jawa atau dalam istilah lain biasa disebut nggending.
Keterangan dalam manuskrip dengan jumlah 33 nadhom tersebut cukup detail dan kompleks. Beliau menjelaskan bahwa Mbah Sholeh Stani berhasil menjelaskan secara tuntas mengenai sistim peribadatan puasa secara utuh. Meliputi kewajiban puasa, waktu, syarat wajib, syarat sah, rukun dan perkara yang membatalkan puasa serta beberapa ke-sunnah-an dalam menjalankan puasa.
الحمد لله على الانعام # ثم صلاة الله مع سلام
على النبي المصطفى التهامي # واله و صحبه الكرام
و بعد فالصوم من الاركان # الخمس واجب على الانسان
Muallif dalam karangan ini secara gamblang menjelaskan bahwa puasa merupakan salah satu dari lima pokok Agama Islam, selain membaca dua kalimat Syahadat, Sholat, Zakat dan ibadah Haji. Sama seperti halnya keterangan Syeikh Salim al-Khadhromi dalam kitabnya Safinatul Najah bahwa Rukun islam ada lima perkara.
“Selanjutnya muallif menuturkan dengan redaksi “wajibun ala al-insan”. Hal demikian menjelaskan bahwa kewajiban berpuasa bukan hanya untuk kaum muslimin saja, akan tetapi manusia secara luas dalam artian umat sebelum datangnya Islam seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 183″, tambah KH. Suratin Abbas.
وانما يجب الصوم باستكمال # شعبان او برؤية الهلال
Kewajiban puasa Ramadlan dalam keterangan al-Nadhim dapat dilakukan dengan dua sebab yaitu ketika bulan sya’ban sudah sempurna 30 hari, jika belum bisa melihat hilal atau sudah bisa melihat hilal meskipun belum genap 30 hari. Orang-orang NU biasa menyebutnya metode hisab dan ru’yat.
ولوجوب الصوم خمس يكمل # اسلامه بلوغه والعقل
وعن محيض ونفاس قد طهر # وكونه على الصيام قد قدر
Tidak semua orang mempunyai kewajiban puasa, al-Nadhim menjelaskan hanya ada 5 kategori yang menjadi syarat wajibnya puasa, yaitu; (a) Islam, orang kafir meskipun melakukan puasa dengan cara yang benar, puasanya tetapi batal, (b) Baligh, (c) al-‘Aqlu, dalam hal ini adalah mukallaf, bukan anak kecil atau orang gila meskipun sudah baligh, (d) Terhindar dari haidh dan nifas, (e) mampu melakukan puasa, orang tua karena faktor usia dan orang yang sakit yang tidak biasa diharapkan kesembuhannya, atau jika puasa akan memperparah kondisinya, tidak wajib puasa.
سبع شروط صحة الصيام # كالعقل والتمييز و الاسلام
و عن محيض و نفاس ناقيا # و عن مفطراته متقيا
و كون وقت قابلا من الصوم # معرفة للطرفين في اليوم
Pada nadhom ke-7, al-Nadhim menjabarkan apa saja Syarat Sahnya puasa. Dalam hal ini disebutkan ada 7 hal yaitu; (a) Berakal, (b) Tamyiz, (c) Islam, (d) Suci dari haidh dan nifas, (e) Menjauhi perkara yang membatalkan puasa, (f) Dilakukan pada waktu diperbolehkannya puasa, yaitu bukan yaum al-Syak atau yaum al-Id, (g) Mengerti batasan antara siang dan malam, jika niat pada pagi hari atau makan pada yang diyakini sudah maghrib padahal masih jelas sore mana harus qodlo puasa.
اركانه بلا امتراء ثلاثة # الصائم الامساك ثم النية
لنية الصوم لها شروط # اربعة صحتها منوط
نيته لكل يوم يقصد # تبييتها من قبل فجر يبدو
تعيينه لما عليه من صيام # مستحضرا على حقيقة الصيام
Rukun puasa dijelaskan ada 3, al-Shoim (orang yang berpuasa), al-Imsak (menjaga diri dari perkara yang membatalkan puasa) dan al-Niyyat (niat). Posisi al-Shoim (orang yang berpuasa) dalam kitab ini dimasukkan dalam kategori rukun oleh Mbah Sholeh Stani, sama halnya dengan jual beli yang diharuskan adanya penjual dan pembeli sekaligus, bukan hanya aqad saja.
Niat puasa sendiri dalam manuskrip dijelaskan mempunyai beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar dapat dianggap sah, atau dalam istilah fiqihnya syarat sah, 1. Niat harus dilakukan setiap hari, 2. Dilakukan pada malam hari, 3. Menyatakan dalam niatnya berupa puasa Romadlon, tidak cukup dengan niat besok saya akan puasa tanpa embel-embel Romadlon, 4. Meyakinkan diri untuk menjauhi perkara yang bisa membatalkan puasa dari pagi sampai malam.
مفطرات الصوم باختصار # عشرة شديد ة اشتهار
دخول عين والجماع بانا # انزال من باشرها واستمنا
وحيضها النفاس والجنون # ثم بقاء الشك و الكفران
والتاسع الاغماء اذما استغرقا # نهاره لا النوم لو مستغرقا
وعاشر المفطر استقاءة # لا قلعه من صدره النخامة
ثم التجشي هو كاستقاءة # وزد على ما ذكر الولادة
Selanjutnya al-Nadhim dalam bait ke-15 sampai bait ke-20 menjelaskan secara ringkas perkara-perkara yang bisa merusak puasa dalam 10 hal, diantarnya adalah jima’, masturbasi, minus air saat menyelam, murtad dan hal-hal biologis yang tidak bisa diatur seperti datangnya haid, nifas bahkan menjadi gila juga bisa membatalkan puasa secara otomatis.
وسنة تعـجيل فطر عند ما # تيقن الغـروب بالتمر فما
و بعده الدعاء و التســحر # من نصف ليلة على ما ذكروا
والغسل كل ليلة شهر الصيام # فطر ولو بجرعة للصوام
ترك الكذب والغيبة النميمة # ونحوهاو شهوة مباحة
كاللمس و النظر شم الريحان # ترك الحجامة وفصد الانسان
والمضغ والذوق من الطعام # و قبلة ان لا فان فحرم
و ليتحر بالطعام الحل # ولا يكن مكثرا في الاكل
ويكره السواك من بعد الزوال # ويستحب التوسعة على العيال
وكثرة الاحسان للارحام # والجار من خير ومن طعام
و اكثر الصدقة التلاوة # و للمدارســـــة و العبـــادة
والاعتكاف سيما ان في العشر # بالاتفاق فيه ليلة القدر
وينبغي ليالي الصيام # ادامة الخير مع القيام
ونسالن من ربنا حسن الختام # بجاه سيدنا النبي خير الانام
Selanjutnya pada nadhom ke-21 sampai akhir, al-Nadhim memaparkan anjuran-anjuran selama puasa seperti menyegerakan berbuka dengan kurma lalu membaca do’a ifthar, mengakhirkan sahur, serta mengisi pagi dan malam romadlon dengan ibadah, baik yang berhubungan dengan Alloh langsung seperti sholat tarawih dan tilawil qur’an, atau ibadah yang berhungan dengan sesama, seperti menyambung silaturrahim, mengasihi tetangga, bersedekah, menjauhi gosip dan seteruanya.
ابياتها لج بعد الجمل # تاريخها وسم غر بجمل
Pada catatan akhir, Mbah Abdur Rahman menambahkan satu bait yang merangkum jumlah bait dan tahun penulisan. Uniknya beliau memakai abajadun yang merupakan cabang kosmologi Islam untuk merumuskan huruf hijaiyah dan angka, dan selanjutnya beliau tulis dalam bentuk nadhom.
Jumlah bait dikodifikasi dengan lafadz لج, dengan rincian (ل) yang berarti 30, dan (ج) berarti 3, jumlahnya 33 bait. Sedangkan tahunnya dengan lafadz وسم غر, dengan rincian, dengan rincian waw : 6, sin : 60, mum : 40, ghoin : 1000, ra’ : 200. Wallahu a’lam.