BUNGAH | NUGres – Kajian Hadis Arbain An-Nawawi pada pertemuan pertama Lailatul Kopdar MWCNU Bungah pada Sabtu (25/3) di MWCNU Bungah membahas dua hadis awal; Niat dan Tiga prinsip agama, Iman, Islam dan Ihsan.
Dua hadis tersebut diriwayatkan oleh Sahabat Amirul Mukminin, Umar bin Khattab R.A. Gelar Amirul Mukminin sengaja dipakai oleh Umar sebagai wujud rasa ta’dhim beliau atas kekhalifahan yang diamanahkan.
Beliau tidak mau gelar yang melekat pada Abu Bakar, yakni “Khalifatur Rasul” disematkan pada kepemimpinannya. Tidak hanya itu, level mimbar yang digunakan Nabi Muhammad dan Abu Bakar sama sekali tidak digunakan dan diinjak oleh kaki Sahabat Umar saat beliau berkhutbah.
Meski statusnya adalah pemimpin umat Islam, beliau memilih untuk khutbah di tingkat yang lebih rendah dari Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Cerita ini disampaikan Kiai Alauddin dalam mengawali pengajian yang juga disiarkan langsung oleh YouTube MWCNU Bungah.
Tentu, sikap tawadhu ini patut direnungkan bersama-sama terlebih di era sekarang yang penuh dengan narsisme, gagah-gagahan, pamer, juga sikap flexing terutama di media sosial.
Masih hangat di kepala, Presiden RI Joko Widodo harus turun tangan untuk menghimbau sikap sederhana para pimpinan dan pemangku kebijakan di berbagai level pemerintahan.
Satu titik persoalan yang ditekankan oleh presiden adalah pentingnya rasa empati para pemimpin atas kenyataan hidup masyarakat yang tidak seluruhnya berada pada tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Kaitan dengan Cerita Sahabat Umar b. Khattab, ada peristiwa lain yang tak kalah mengharukan. Pada riwayat yang Masyhur, Umar bin Khattab terbiasa turun langsung ke jalan, mengamati dan melihat keadaan ekonomi masyarakat di malam hari. Beliau ingin memastikan bahwa rakyatnya tidak boleh ada yang kelaparan pada hari itu juga.
Apa yang dilakukan oleh Sahabat Umar adalah cara dan sikap yang tidak populer terutama jika melihat pola kepemimpinan kerajaan di masa itu.
Sahabat Umar, dengan cara dan sikap yang penuh kerakyatan seperti itu, pada akhirnya dikenang sebagai salah satu pemimpin Islam di Masa Khulafaur Rasyidin yang dapat menyebarkan Islam secara lebih luas.
Ketenarannya memancar hingga Afrika bahkan eropa. Sekali lagi, dibalik ketenaran “keberanian” Sahabat Umar, tampaknya tertanam dalam dirinya sikap “Empati” yang sangat-sangat tinggi.
Kiranya, janji Nabi Muhammad dalam sebuah riwayat hadisnya yang berarti, “Siapa yang merendahkan dirinya sendiri di hadapan manusia, maka ia akan dimuliakan oleh Allah” benar-benar terbukti pada kemuliaan diri sahabat Umar bin Khattab.
Semoga pada hari-hari ini, kita dipertemukan dengan para pemimpin yang memiliki keberanian dan sikap empati laiknya sahabat umar. Aminn.